Sebuah
pagi yang cerah di medio Maret 2012, di Nagoya Station (stasiun Subway)
terlihat orang-orang berjubel menunggu kedatangan kereta yang akan
membawa mereka ke tempat kerja masing-masing. Tak berapa lama, sebuah
kereta datang, puluhan bahkan ratusan orang berhamburan keluar kereta
yang dibalas pula dengan ratusan orang lainnya berhamburan masuk ke
dalam kereta tersebut.
Dalam benak saya, kejadian ini hampir mirip seperti orang-orang di Jakarta yang sedang menunggu Busway pada saat office hour. Ramai, tergesa, dan berdesakan. Namun, ada yang berbeda.
Saya
perhatikan wajah-wajah orang Jepang ini. Wajahnya tenang dan santai
ditengah ketergesaan mereka, sembari diselingi memainkan telepon genggam
mereka. Sementara, di wajah2 orang yang menunggu Busway, saya melihat
wajah2 yang gelisah yang ditandai dengan berkali2 melihat arloji di
tangan mereka. Terlihat juga diantara mereka menggerutu karena orang
dibelakangnya menyerondol ke depan, sewot karena orang menyerobot
antrian, dongkol karena bus telat datang, sebel karena kakinya diinjak
orang, dan lain-lain. Bisa dibayangkan, bagaimana hasil pekerjaan yang
dilakukan oleh orang yang memulai paginya dengan emosional, dibandingkan
dengan orang yang memulai pagi harinya dengan tenang dan tidak
emosional. Tentu akan berbeda bukan? Dua kejadian ini hampir mirip,
namun memberikan hasil yang berbeda.
Dalam teori Butterfly Effect (http://en.wikipedia.org/wiki/
Sekarang, mari kita
coba rubah sedikit saja kondisi awalnya. Anda membayar tagihan tepat
waktu, sehingga anda tidak terkena denda, bisa mengikuti meeting dan
seterusnya. Tidak ada kekacauan, yang ada hanya kenyamanan. Sekali lagi,
satu aksi sederhana dapat menghasilkan kekacauan, atau kenyamanan. Dua
hasil yang benar2 berbeda.
Nah, coba pikirkan lagi, ini baru level individu. Apa jadinya jika levelnya diperbesar menjadi level negara, kumpulan dari berjuta-juta individu. Semakin banyak orang yang melakukan kekacauan skala individu, maka di level negara kekacauan itu akan semakin terakumulasi tak terhingga besarnya.
Sekarang anda tahu
kenapa negeri kita sulit majunya. Berapa banyak rapat birokrasi yang
tertunda karena menunggu 1 atau 2 orang. Karena rapat tertunda,
keputusan menjadi tertunda. Karena keputusan tertunda, pelaksanaan
program akhirnya juga menjadi tertunda, dan seterusnya. Sulitnya lagi,
hal seperti ini merata terjadi di seluruh negeri. Tentu hal ini tidak
hanya terjadi di rapat2, tetapi di berbagai sendi kehidupan, misalnya
keterlambatan kereta, keterlambatan subsidi atau bahkan keterlambatan
turunnya beasiswa (hehe, ada yg merasa ga ya?). Karena beasiswa telat
turun, sebagai akibatnya sang mahasiswa harus kelimpungan cari pinjaman
sana-sini, sehingga riset menjadi terganggu, keluarganya juga terkena
dampaknya, dan seterusnya. Tidak terbayang dibenak saya kekacauan
turunan yang terakumulasi sebagai akibat dari kejadian2 diatas.
Disinilah hebatnya
Jepang. Negeri yang alhamdulillah Allah menakdirkan saya untuk
mengunjunginya. Mereka mengeliminasi sebab-sebab kekacauan tadi di level
individu sehingga tidak membesar di level negara. Kereta, bis dan alat
transportasi lainnya dibuat tidak pernah terlambat, sehingga pergerakan
individu dari satu tempat ke tempat lainnya tidak terhambat alias tepat
pada waktunya. Acara2 dibuat selalu tepat waktu, beasiswa turun juga
tepat waktu, dan banyak contoh lainnya. Mengeliminasi kekacauan di level
individu ini sangat penting artinya. Karena keterlambatan 1 menit di
level individu bisa terakumulasi menjadi keterlambatan berbulan2 atau
bertahun2 di level negara.
So sahabat, seperti kata pepatah, daripada mengutuk kegelapan lebih baik mencari dan menyalakan lilin. Semakin banyak orang yang menyalakan lilin, maka akan terakumulasi dan akan semakin teranglah negeri kita. Seperti kata Aa Gym, ada rumus 3M. Mulai dari diri sendiri, Mulai dari yang kecil, dan Mulai dari sekarang. Bagi anda yang muslim, ada tuntunan untuk melaksanakan kewajiban yang 5 di awal waktu sebagai upaya untuk mengeliminasi kekacauan di skala individu.
So sahabat, seperti kata pepatah, daripada mengutuk kegelapan lebih baik mencari dan menyalakan lilin. Semakin banyak orang yang menyalakan lilin, maka akan terakumulasi dan akan semakin teranglah negeri kita. Seperti kata Aa Gym, ada rumus 3M. Mulai dari diri sendiri, Mulai dari yang kecil, dan Mulai dari sekarang. Bagi anda yang muslim, ada tuntunan untuk melaksanakan kewajiban yang 5 di awal waktu sebagai upaya untuk mengeliminasi kekacauan di skala individu.
No comments:
Post a Comment